BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia satu yang bersatu dengan manusia
lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan membentuk sebuah masyarakat. Dari
masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat yang berkembang menjadi
kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan berbeda dengan
kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok masyarakat
memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor
bahasa, keadaan geografis dan kepercayan.
Secara etimologi, kata kebudayaan berasal
dari kata sangsekerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi
yang berarti budi atau akal, dengan kata lain kebudayaan diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Seorang antropolog, yaitu E.B.
Tylor dalam tahun 1871 mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut “Kebudayaan
adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan itu adalah unsur yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya kebudayaan tersebut dapat
disimpulkan dari pendapat dua antropolog yatu Melvile J. Herkovits dan
Bronislaw Malinowski yang mengemukakan pengertian Cultural Determinism yang berarti
bahwa segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, kebudayaan
dipandang sebagai sesuatu yang super organik, karena kebudayaan itu tetap ada
secara turun temurun dari generasi ke generasi yang seterusnya tetap terus
hidup walaupun anggota masyarakatnya telah berganti karena kematian ataupun
kelahiran. Dengan kata lain, pengertian kebudayaan mencangkup sesuatu yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari
segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, yang
mencangkup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan, dan bertindak.
Kebudayaan tersebut dimiliki oleh setiap masyarakat, bedanya hanyalah bahwa kebudayaan
masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan masyarakat yang lain
dalam perkembangannya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang
diatas penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Pengertian
Masyarakat ?
2.
Pembagian Golongan dalam Masyarakat ?
3.
Masyarakat
Transisi ?
4.
Masyarakat
Multikultural ?
5.
Masyarakat
Modern ?
6.
Masyarakat
Madani ?
C.
Tujuan Penyusunan
Dalam penyusunan ini, penyusun membahas
tentang masyarakat dan unsur-unsur dalam kehidupan bermasyrakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah
society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen
(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani,
sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki
pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan
tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan
cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan
ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam,
dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan
berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar,
terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Kata society berasal dari bahasa
latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas
diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society
berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung
makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama
dalam mencapai tujuan bersama.
B. Pembagian Golongan dalam Masyarakat
Berdasarkan
karakteristik terdapat beberapa pembagian golongan sosial dalam bermsyarakat,
adalah sebagai
berikut :
1. Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian
(Agraris), di dasarkan pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:
a) Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang
untuk rumah tinggal (penduduk inti).
b) Goongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah
tapi tidak memiliki tanah pertanian (kuli gendul).
c) Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau
pekarangan (inding ngisor).
2. Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada hubungan kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi menjadi:
a) Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan.
b) Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).
3. Sistem Golongan Sosial pada Masa Pemerintahan Kolonial,
meliputi
a) Golongan Eropa, merupakan lapisan atas, terdiri orang
Belanda, Eropa, Jepang .
b) Golongan Timur Asing, merupakan lapisan menengah, tediri
keturunan China dan Arab.
c) Golongan Bumi Putera, merupakan lapisan bawah, tediri
dari pribumi atau bangsa Indonesia asli.
4. Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri,
meliputi :
a) Golongan teratas terdiri para pengusaha besar
atau pemilik modal, direktur, komisaris.
b) Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga ahli dan
karyawan.
c) Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja setengah
terampil, pekerja sektor informal (pembantu).
Disamping
berdasarkan karakteristik spt di atas, golongan sosial dapat pula dibagi
berdasarkan sudut pandang ekonomi, sosial, politik sebagaimana terurai di
bawah ini.
Berdasarkan
bidang ekonomi, penggolongan masyarakat dibedakan menjadi :
1. Penggolongan masyarakat berdasarkan atas kepemilikan
harta, yang terdiri tiga golongan, yaitu:
a) Golongan atas yang terdiri orang-orang kaya.
b) Golongan menengah terdiri orang-orang yang sudah dapat
mencukupi kebutuhan pokoknya.
c) Golongan bawah yang terdiri orang-orang miskin.
2. Penggolongan masyarakat berdasarkan profesi / mata
pencaharian, yang terdiri enamgolongan, yaitu:
a) Golongan elite, yaitu orang-orang kaya, yang punya
kedudukan/pekerjaan terpandang.
b) Golongan profesional, yaitu mereka yang bergelar sarjana
dan yang berhasil dalam dunia profesinya.
c) Golongan semi professional, yang terdiri pedagang,
teknisi, pegawai kantor.
d) Golongan tenaga trampil, seperti tukang cukur, pekerja
pabrik, juru tulis.
e) Tenaga semi terlatih, seperti sopir, pelayan restoran.
f) Tenaga tidak terlatih, seperti pembantu rumah tangga,
tukang kebun.
Berdasarkan bidang sosial, penggolongan masyarakat
dibedakan berdasarkan status sosial. Contohnya pembagian kasta di Bali, yang
terdiri Brahmana, Ksatria,Waisya yang ketiganya disebut golongan Triwangsa dan
kasta Sudra (kasta ini disebut Jaba dan sebagai golongan terbesar di Bali).
Golongan Triwangsa dan
Jaba berhak memakai tanda gelar yang terlihat pada nama depannya, yaitu:
1). Kasta Brahmana = Ida Bagus, I
Gusti, Ida Ayu.
2). Kasta
Ksatria = Cokorda, Dewa,
Ngakan.
3). Kasta
Waisya = Bagus, Gusti
4). Kasta
Sudra = Pande,
Lebon, Sawan, Pulosari
Berdasarkan
bidang politik, penggolongan masyarakat berdasarkan kekuasaan atau wewenang
seseorang. Semakin tinggi kekuasaan akan menempatkan seseorang pada golongan
atas. Contohnya dalam kemiliteran:
1. Golongan atas terdiri Jenderal, Perwira Tinggi
2. Golongan menengah terdiri para Bintara, dan Serda hingga
Mayor
3. Golongan bawah terdiri para Prajurit sampai Kopral Kepala
C. Masyarakat
Transisi
a.
Pengertian
Masyarakat Transisi Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami
perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya
masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu
pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
b.
Ciri-Ciri
Masyarakat Transisi Ciri-ciri masyarakat transisi :
·
Adanya
pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga
kerja pertanian ke sektor industri
·
Adanya
pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan
rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya tingkat pendidikan yang meningkat.
·
Mengalami perubahan ke arah kemajuan
·
Masyarakat
sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
·
Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.
·
Biasanya
terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
D. Masyarakat
Multikultural
a.
Pengertian
Masyarakat Multikultural
·
Furnivall
Masyarakat
multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen
yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu
satu kesatuan politik.
·
Clifford
Gertz
Masyarakat
multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub sistem
yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait oleh
ikatan-ikatan primordial.
·
Nasikun
Masyarakat
multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat
tersebut secara setruktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat deverseyang
ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh
anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta
seringnya muncul konflik-konflik sosial.
·
Kesimpulan
saya
Masyarakat
multikultural adalah suatu masyarakat yang teriri dari berbagai elemen, baik
itu suku, ras, dll yang hidup dalam suatu kelompok masyrakat yang memiliki satu
pemerintaha tetapi dalam masyarakat itu masig terdapat segmen- segmen yang
tidak bisa disatukan.
b.
Ciri-Ciri
Masyarakat Multikultural
·
Terjadi
segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,dll
tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang
di sebut primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras,
baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun luar negri, dalam
kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya.
·
Memilki
struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat
majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur
masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya persatuan tyang terpisah oleh
segmen-segmen tertentu.
·
Konsesnsus
rendah, maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adany asuatu
kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang
dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam
penganbilan keputusan.
·
Relatif
potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari
berbagai macam suku adat dankebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin
banyak perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik
itu sangatlah tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah
·
Integrasi
dapat tumbuh dengan paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa
dalam masyarakat multikultural itu susah sekali terjadi pengintegrasian, maka
jalan alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun dengan cara seperti
ini integrasi itu tidak bertahan lama.
·
Adanya
dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam masyarakat multikultural
terdapat segmen-segmen yang berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila
suaru ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan
mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.
c.
Sebab
Terjadinya Multikulturalisme
·
Factor
geografis,faktor ini sangat mempengarudi apa dan bagaimana kebiasaan sua tu
masyarakat. Maka dalam suatu daera yang memiliki kondisi geografis yang berbeda
maka akan terdapat perbedaan dalam masyarakat( multikultural).
·
Pengaruh
budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural,
karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan
terpengaruh mind set mereka dan menjadkan perbedaan antara
·
Kondisi
iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama denga perbedaan letak geografis suatu
daerah.
E. Masyarakat
Modern
a.
Pengertian
Masyarakat Modern
Masyarakat
modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai
budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya
masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat
kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab
orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.
b.
Ciri-ciri
Masyarakat Modern
·
Hubungan
antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
·
Hubungan
dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling
memepengaruhi
·
Keprcayaan
yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
·
Masyarakatnya
tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari dan ditingkatkan
dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan
·
Tingkat
pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.
·
Hukum
yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
·
Ekonomi
hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan
uangdan alat-alat pembayaran lain.
F. Masyarakat
Madani
a.
Pengertian
Masyarakat Madani
Masyarakat
madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah
SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S.
Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya
bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
“Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang
Maha Pengampun”
b.
Karakteristik
Masyarakat Madani
Ada
beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
·
Terintegrasinya
individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui
kontrak sosial dan aliansi sosial.
·
Menyebarnya
kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat
dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
·
Dilengkapinya
program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program
pembangunan yang berbasis masyarakat.
·
Terjembataninya
kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.
·
Tumbuhkembangnya
kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
·
Meluasnya
kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
·
Adanya
pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai
ragam perspektif.
·
Bertuhan,
artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang
mengatur kehidupan sosial.
·
Damai,
artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok menghormati pihak lain secara adil.
·
Tolong
menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
·
Toleran,
artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh
Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak
lain yang berbeda tersebut.
·
Keseimbangan
antara hak dan kewajiban social.
·
Berperadaban
tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
·
Berakhlak
mulia.
Dari
beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan
kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat
madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju
yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa
secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil
resilience).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat dan pada dasarnya manusia memilki
naluri untuk hidup bergabung dengan orang lain, maka terbentuklah berbagai
macam kelompok masyarakat.
Terdapat kelompok sisoal yang tidak teratur,
yakni Kerumunan dan Publik dan Terdapat dua jenis dalam masyarakat, yakni pertama
masyarakat pedesaan yang mempunyai sifat kekeluargaan dan yang kedua adalah
masyarkat kota yang cenderung sendiri-sendiri.
B.
Saran
Demikianlah makalah rangkuman materi yang
dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini semoga di dalam penulisan ini
dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi.
Jakarta : Rineka Cipta
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya
Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Pers
Soekanto, soerjono, Sosiologi Suatu pengantar, Rajawali
Pers, Jakarta, 2009
uito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For
Moderate Muslim Indonesia: Jakarta.
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi
Profesionalisme Community Workers Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan.
STKS Bandung: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar